Awal baru.

Kehidupan memang selalu memberikan arti yang sangat luas. Ketika telah beranjak dewasa, banyak hal yang menjadi bahan pemikiran dan pertimbangan. Terkadang saat mengingat masa kecil selalu terselip rindu dan tawa bercampur haru dan sedih. Dan berkata “aku sudah mulai tumbuh dewasa”.

Hari demi hari selalu dijalani. Sekarang sudah mulai tau mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk. Semua akan menjadi pertimbangan saat ingin melakukan sesuatu.

Sekarang adalah saat-saat yang dinantikan lagi untuk memulai awal yang baru mencari arti kehidupan selanjutnya. Langkah yang semakin besar dan kuat untuk di lewati. Tetapi tentunya kita harus lebih kuat dan memilki tekat yang lebih besar dalam melangkah ke tempat tersebut.

Jadikan setiap langkah yang di ambil menjadi bagian yang berarti dari kehidupan kelak. Memberikan warna ketika kamu mengingat masa-masa itu. Jadikan masa-masa itu seperti dinding yang walaupun hanya diam tetapi memberikan manfaat untuk berdiri kokohnya sebuah bangunan.

Jalani proses yang akan segera dimulai dan warnai setiap langkah dan keputusan yang diambil. Jangan lupa berdo’a dan meminta izin dan restu orang tua.

Awal baru, semangat baru, tahun baru.

KAP

Penting!

Masa remaja sudah mulai beranjak hilang. Masa dewasa telah datang menghampiri. Lika liku kehidupanpun sudah mulai dirasakan pahit dan manisnya. Beragam watak dan sifat orang-orang telah banyak ditemui. Banyak sekali hal dan pelajaran baru setelah sampai pada titik ini.

Benar dikatakan orang banyak. Kehidupan ini keras. Pelajaran hidup akan sangat banyak didapatkan.

Betapa pentingnya ketika manusia memaknai setiap langkah dalam kehidupan ini. Mengartikan setiap pilihan yang diputuskan, dan memahami apa yang diputuskan.

Pendewasaan diri mengajarkan kita arti penting kehidupan. Arti penting menghargai dan dihargai. Arti penting menghormati dan di hormati. Arti penting menyayangi dan di sayangi. Arti penting mencintai dan di cintai.

Tetapi, jangan pernah melupakan masa kanak-kanak, masa remaja yang pernah dilalui semasa dahulu. Karena masa-masa itulah yang akan menjadi tambahan untuk bekal manusia dalam menjalani masa-masa dewasa didalam diri mereka sebagai cerminan terdahulu untuk masa depan.

KAP

PENGERTIAN FAKTOR RESIKO DARI BERBAGAI TANGGAPAN

1. Faktor Risiko secara bakunya mengandung pengertian sebagai karakteristik, tanda dan gejala pada individu yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden penyakit. Faktor risiko merupakan faktor-faktor yang ada sebelum terjadinya penyakit (M. N. Bustan, 2000). Atau, dengan kata lain faktor resiko adalah hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan bakteri leptospira (yang diakibatkan oleh penyakit leptospirosis ini-red), namun hal-hal lain ini menjadi penghantar untuk memudahkan terjangkitinya bakteri leptospira pada manusia.

2. Secara keilmuan, faktor resiko memiliki definisi tersendiri, yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat).

3. Faktor resiko menurut Hill

a. Kekuatan Hubungan
Kekuatan yang dapat dilihat dari adanya risiko relative yang tinggi.
b. Temporal
Contoh kasus Kanker paru paru sebagian besar didahului oleh merokok, tanpa mengesampingkan sebab yang lain misalnya paparan idustri seperti paparan asbes dan gas radon, Sakit yang dialami sebelumnya (misalnya, tuberkulosis), Sejarah keluarga ada yang terkena kanker paru-paru, Paparan radiasi dari layar komputer, telepon seluler dan televisi, polusi udara, zat-zat aditif makanan, residu pestisida, dan lainnya diduga berperan meningkatkan risiko kanker
c. Respon Terhadap Dosis
Respon terhadap dosin menurut Hill dapat di contohkan dengan semakin sering seseorang terpapar asap rokok, semakin besar risikonya terkena kanker paru-paru. Semakin banyak dan semakin lama Anda merokok, semakin besar risiko Anda.
d. Reversibilitas
Reversibilitas (kekambuhan) yaitu dimana paparan yang menurun akan diikuti penurunan kejadian penyakit.
e. Konsistensi
Dampak yang merusak kesehatan.
f. Kelayakan Biologis
Contoh kasus penyakit kanker paru-paru bukan disebabkan karena virus ataupun bakteri namun karena perkembangan sel yang sangat cepat (abnormal) didalam jaringan paru yang disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel atau ekspansi dari sel itu sendiri.
g. Spesifitas
Spesifitas adalah ukuran statistik mengenai akurasi tes, yaitu seberapa baik tes mengidentifikasi negatif orang-orang yang tidak memiliki penyakit atau kondisi. Contoh kasus perokok berat atau mantan perokok mewakili sekitar 90% dari pasien kanker paru-paru. Merokok adalah faktor risiko utama yang paling penting untuk kanker paru-paru.
h. Analogi
Mengumpamakan antara sesuatu hal yang berbeda namun mempunyai hasil yang sama misalnya pada penyakit kanker paru-paru ini di umpamakan adanya percobaan pada mencit dengan pemberian perlakuan tar untuk mengetahui efek dari tar penyebab kanker tersebut. Namun, hal ini tidak dapat di cobakan langsung kepada manusia.

Sumber:

http://www.litbang.depkes.go.id/node/176

http://www.kamusq.com/2013/12/faktor-resiko-adalah-pengertian-dan.html

http://ijah-rahayu.blogspot.com/2012/01/faktor-risiko-menurut-hill.html
http://kamuskesehatan.com/arti/spesifisitas/

DEFINISI SEHAT MENURUT WHO (WORLD HEALTH ORGANIZATION)

Gambar

Konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

       Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :

  1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
  2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
  3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
    Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

Pengertian Sehat Menurut Ahli WHO, Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.

World Health Organization (WHO) membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Pengertian sehat menurut WHO adalah “Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity”. Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat yaitu:

1. Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental

Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In Corpore Sano).

3. Sehat Spritual

Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental, dan social.

 Suumber :

Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta: EGC.

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-sehat-menurut-ahli-who.html

http://uin-alauddin.ac.id/artikel-79-konsep-sehat-dan-sakit.html

TEORI-TEORI TERJADINYA PENYAKIT

 1.  Teori Hipocrates

Teori Hipocrates menyatakan bahwa sebuah penyakit terjadi karena faktor lingkungan seperti udara, tanah, cuaca dan air. Bapak kedokteran dunia, Hipocrates (460-377 SM), berhasil membebaskan hambatan filosofis yang bersifat spekulatif superstitif (tahayul) dalam mengartikan terjadinya penyakit pada zamannya. Hipocrates menyebutkan 2 teori asal terjadinya penyakit yaitu, pertama, penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan kedua, penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Kedua teori tersebut termuat dalam bukunya yang berjudul “On Airs, Water and Places”.

Hipocrates merupakan orang yang sama sekali tidak mempercayai hal-hal yang berbau tahayul, ia meyakini bahwa penyakit terjadi karena proses alamiah belaka. Ia juga mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit pada masyarakat.

2.  Teori Contangion

Teori ini adalah teori yang paling sederhana, bahwa panyakit berasal dari kontak langsung antar penyakit seperti penyakit cacar dan herpes. Kontak langsung ini dapat berupa lewat media kulit (panu), melalui jarak jauh (udara/bersin), bersinggunangan dengan penyakitnya dan zat penular lainnya (kontangion).

Konsep teori contangion dicetuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553) yang mengatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui zat penular (transference) yang disebut kontangion. Girolamo membedakan 3 macam kontangion, yaitu pertama, jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung (bersentuhan, berciuman, hubungan seksual), kedua, jenis kontangion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk dan sapu tangan, ketiga, jenis kontangion yang dapat menularkan dengan jarak jauh.

3.  Teori Miasma (Miasmatic Theory)

Timbulnya penyakit adalah berasal dari uap sisa hasil pembusukan makhluk hidup, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara dan dipercaya sebagai mengambil bagian dalam proses penyebaran penyakit. Konsep ini muncul pada sekitar abad 18-19.

Waktu itu, ada kepercayaan bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terkena penyakit. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari, karena orang percaya udara malam cenderung mengandung miasma. Kemudian, kebersihan juga dianggap hal penting untuk dapat mencegah/menghindari miasma tersebut. Saat ini cara sanitasi yang dilakukan sangat efektif mengurangi tingkat kematian.

4.  Teori Kuman (Germ Theory)

Teori ini menyatakan bahwa penyebab penyakit adalah berasal dari kuma. Para ilmuan saat itu diantaranya Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910) dan Ilya Mechnikov (1845-1016) mengatakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.

Pengamatan Louis Pasteur pada fermentasi anggur adalah salah satu bukti konsep teori Kuman. Ia menemukan proses pasteurisasi dalam melakukan fermentasi tersebut, yaitu dengan cara memanasi cairan anggur hingga temperature tertentu sampai kuman yang tak diinginkan menyebabkan kegagalan fermntasi mati tapi cairan anggur tidak rusak. Temuan lainnya yang mengesankan adalah adanya virus rabies dalam organ saraf anjing, dan berhasil menemukan vaksin anti rabies. Untuk itulah Louis Pasteur dijuluki Bapak Teori Kuman.

Tokoh lainnya adalah Robert Koch. Temuannya dikenal dengan “Postulat Koch” yang terdiri dari, pertama, kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat, kedua, kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya, ketiga, kuman yang dibiakkan dapat ditularkan secara sengaja pada hewan yang sehat dan menimbulkan penyakit yang sama, dan keempat, kuman tersebut harus bisa diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.

5.  Segitiga Epidemiologi (Epidemiology Triangle)

Teori yang dikembangkan oleh John Gordon ini menggambarkan hubungan 3 komponen penyebab penyakit yaitu host, agen dan lingkungan (dibentuk segitiga). Agen merupakan entitas yang diperlukan untuk mengakibatkan penyakit pada host yang rentan. Agen dapat bersifat biologis (parasit, bakteri, virus), juga dapat bersifat bahan kimia (racun, alkohol, asap), fisik (trauma, radiasi, kebakaran), atau gizi (defisiensi, kelebihan). Agen memiliki sifat, pertama, infektivitas yaitu kemampuan agen untuk mengakibatkan infeksi pada host yang rentan, kedua, patogenitas yaitu kemampuan agen untuk menyebabkan penyakit pada host, dan ketiga virulensi yaitu kemampuan agen untuk menimbulkan berat ringan suatu penyakit pada host.

Host merupakan manusia atau organisme yang rentan oleh adanya agen. Faktor internal host meliputi umur, jenis kelamin, ras, agama, adat pekerjaan dan profil genetik. Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agen atau host, tetapi dapat mendukung masuknya agen ke dalam host dan menimbulkan penyakit.

6.  Jala-jala Kausasi (The Web of Causation)

Pencetus teori ini adalah MacMahon dan Pugh (1970). Konsepnya adalah setiap panyakit tidak hanya tergantung kepada sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian proses sebab akibat. Terdapat faktor sebagai promotor da nada pula sebagai inhibitor. Semua faktor secara klektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur social, perilaku, lingkungan, tempat kerja, dan faktor lainnya yang berhubungan. Sehingga, timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik.

7.  Model Roda (The Wheel Causation)

   Teori ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetic pada bagian intinya, dan lingkungan biologis, social, fisik, mengelilikgi manusianya. Ukuran komponen roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter, proporsi inti genetik relatif lebih besar, sedang pada penyakit campak status imunitas manusia dan lingkungan biologis lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkunagn social lebih besar dari yang lainnya dalam hal stress mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.

8.  Teori Humoral

Dikenal dalam kehidupan masyarakat China yang beranggapan bahwa penyakit disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dikatakan bahwa dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan yaitu putih, kuning, merah dan hitam. Bila terjadi ketidakseimbangan akan menyebabkan penyakit, tergantung dari jenis cairan yang dominan.

Sumber :

Modul Materi Dasar Epidemiologi semester 3 FKM UNDIP 2010

http://prajnapm.blogspot.com/2013/03/teori-terjadinya-penyakit_2740.html

http://santahelenanapitupulu.blogspot.com/

 

 

 

FENOMENA PANDEMIK, ENDEMIK, EPIDEMIK, DAN SPORADIK

Pengertian dan contoh fenomena

Pandemik, Endemik, Epidemik, dan Sporadik

 

  1. A.     PANDEMIK

Pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang banyak di berbagai daerah/negara di daerah.

Dalam sejarah manusia, telah terjadi banyak wabah besar atau pandemi yang cukup signifikan. Penyakit dalam wabah-wabah tersebut biasanya merupakan penyakit yang ditularkan hewan (zoonosis) yang terjadi bersama dengan domestikasi hewan seperti influensa dan tuberkulosa. Berikut ini adalah beberapa contoh wabah besar yang pernah tercatat dalam sejarah:

–        Plague of Justinian (“wabah Justinian”), dimulai tahun 541, merupakan wabah pes bubonik yang pertama tercatat dalam sejarah. Wabah ini dimulai di Mesir dan merebak sampai Konstantinopel pada musim semi tahun berikutnya, serta (menurut catatan Procopius dari Bizantium) pada puncaknya menewaskan 10.000 orang setiap hari dan mungkin 40 persen dari penduduk kota tersebut. Wabah tersebut terus berlanjut dan memakan korban sampai seperempat populasi manusia di Mediterania timur.

–        The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah terakhir, pes bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348 (mungkin oleh para pedagang Italia yang mengungsi dari perang di Crimea), dan menewaskan dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu seperempat dari seluruh populasi atau bahkan sampai separuh populasi di daerah perkotaan yang paling parah dijangkiti.

 

–          Pandemi pertama, 18161826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820. Penyebarannya sampai ke Republik Rakyat Cina dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.

–          Pandemi kedua (1829–1851) mencapai EropaLondon pada tahun 1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834.

–          Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih dari sejuta jiwa.

–          Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika.

–          Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat, namun Rusia kembali terserang secara parah.

–          Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut “kolera El Tor” (atau “Eltor”) sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.

 

–          “Flu Asiatik”, 1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang Amerika Utara pada bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada Februari–April 1890, India pada Februari–Maret 1890, dan Australia pada Maret–April 1890. Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.

–          “Flu Spanyol“, 1918–1919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di basis pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah ini sudah menyebar menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat menyebar (pada bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat mulainya, dan baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta orang tewas; diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India, 500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah tersebut baru-baru ini diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrostAlaska. Virus tersebut diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.

–          “Flu Asia“, 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang sama. Wabah tersebut merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan korban sebanyak satu sampai empat juta orang.

–          “Flu Hong Kong“, 1968–1969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini dideteksi pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban adalah antara 750.000 dan dua juta jiwa di seluruh dunia.

 

  1. B.      ENDEMIK

Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu tempat/populasi tertentu.

Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit yang termasuk dalam kategori endemik :

 

1.HIV AIDS

AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan retroviruses yang sering disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau terinfeksi HIV AIDS sistem kekebalan tubuhnya akan menurun drastic. Virus AiDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang.

Sejak pertama kali ditemukan pada 1987, angka kasus HIV/AIDS diIndonesia yang dilaporkan hampir mencapai angka 100 ribu. Lebih dari itu, risiko penyebarannya berpotensi mengalami peningkatan, sebagaimana data yang disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, bahwa tercatat setidaknya 5.000 kasus baru HIV, dan 1.300 kasus AIDS yang terjadi sepanjang Juli hingga September pada 2012 yang lalu.

Dari angka tersebut, untuk kasus HIV saja, hampir setengahnya didominasi oleh kalangan dewasa berumur 25-40 tahun (sekira 75 persen). Hampir sama buruknya untuk kasus AIDS, dengan  jumlah penderitanya yang lebih banyak berumur kisaran 20-40 tahun (sebanyak 69 persen).

HIV AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seks bebas, transfusi darah, penggunaan jarum secara bergantian, dan penularan dari ibu pada calon janinnya.

 

2.Chikungunya

Chikungunya merupakan jenis demam yang disebabkan oleh alphavirus yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang juga dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue). Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya.

Penyakit yang juga dikenal dengan demam tulang atau flu tulang ini memiliki gejala yang seperti tubuh yang tiba – tiba mengalami demam diikuti dengan linu di persendian, serta timbul juga rasa ngilu dan sakit pada tulang. Gejala yang dialami sedikit mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit berbeda pada hal – hal tertentu.

 Dari sejarah diduga KLB Chikungunya pernah terjadi pada tahun 1779 di Bataviadan Kairo; 1823 di Zanzibar; 1824 di India; 1870 di Zanzibar; 1871 di India; 1901 di Hongkong, Burma, dan Madras; 1923 di Calcuta. Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah “dengue”, ini dapat diartikan bahwa infeksi Chikungunya sangat mirip dengan Dengue. Istilah “Chikungunya” berasal dari bahasa suku Swahili yang berarti “Orang yang jalannya membungkuk dan menekuk lututnya”,suku ini bermukim di dataran tinggi Makonde Provinsi Newala, Tanzania (yang sebelumnya bernama Tanganyika). Istilah Chikungunya juga digunakan untuk menamai virus yang pertama kali diisolasi dari serum darah penderita penyakit tersebut pada tahun 1953 saat terjadi KLB di negara tersebut.

 Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan dominan yaitu nyeri sendi. Dari tahun 1952 sampai kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 1954. Pada akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Burma. Tahun 1965 terjadi KLB di Srilanka. Di negara berkembang seperti Indonesia, angka kematian penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena banyak dipengaruhi faktor lingkungan dan perilaku hidup masyarakat. Terlebih lagi dalam kondisi sosial ekonomi yang memburuk, tentunya kejadian kasus penyakit menular memerlukan penanganan yang lebih serius, profesional, dan bermutu. Indonesia juga menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan atau yang dikenal dengan double burden.

 

3.FLU BURUNG

Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang telah terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan.

Awal wabah pada peternakan di dunia yang telah dikonfirmasi sejak Desember 2003 wabah flu burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE mengumumkan Nigeria sebagai sebagai negara pertama yang memiliki kasus positif flu burung di benua itu. Dua pekan kemudian, virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari perbatasannya dengan Nigeria. Virus ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.

Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di TangerangIndonesia, yang disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, dan Vietnam), kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas.

Hingga 6 Juni 2007WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut :  Indonesia 99 kasus dengan 79 kematian, Vietnam  93 kasus dengan 42 kematian, Mesir 34 kasus dengan 14 kematian,  Thailand  25 kasus dengan 17 kematian, Cina  25 kasus dengan 16 kematian, Turki  12 kasus dengan 4 kematian, Azerbaijan  8 kasus dengan 5 kematian,  Kamboja  7 kasus dengan 7 kematian,  Irak  3 kasus dengan 2 kematian, Laos  2 kasus dengan 2 kematian, Nigeria  1 kasus dengan 1 kematian, Djibouti  1 kasus tanpa kematian.

Keterangan: jumlah kasus yang dilaporkan WHO adalah jumlah kasus yang telah diverifikasi dengan hasil laboratorium.

 

4. MALARIA

Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini bersembunyi dan berkembang biak di dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala seperti demam dan sakit kepala, yang mana pada kasus yang parah akan megarah ke koma(tidak sarkan diri) dan kematian. Diperkirakan pada tahun 2009 dari 225 juta kasus malaria di seluruh dunia
781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah Asia (khususnya Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika.

Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium ovale, malariae plasmodium dan plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria. Khusus untuk plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit malaria berat yang sangat sering menyebabkan kematian (pada tahun 2010 diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria terjadi di Sub-Sahara Afrika dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian besar kasus malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah penyakit ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain itu adapula plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada spesies hewan kera tetapi dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil kemungkinannya.

Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun manusia telah diinfeksi oleh Penyakit malaria. Menurut rekaman sejarah demam periodik penyakit malaria telah ditemukan pada tahun 2700 SM di China dan kekaisaran
Romawi, dan  rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang pasifik diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi,  dimana 60.000 diantaranya terbunuh karenanya.

Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia orang utan dan gorila sangat mirip dengan parasit malaria yang ditemukan pada manusia. Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti terkini bahwa penyakit malaria pada manusia mungkin berasal dari gorila.
Kata Malaria berasal dari bahasa Italia “Mala Aria” yang berarti “bad air” atau dalam bahasa Indonesia “udara buruk”. Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit malaria pernah mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini semakin jarang ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan geografi yang telah menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk penyebar malaria tinggal dan berkembang biak.


5. TBC 

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Penyebab Penyakit TBC

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

 

6. Demam Tifoid

 

Di Indonesia, tifoid jarang dijumpai secara epidemis tapi bersifat endemis dan banyak dijumpai di kota-kota besar. Tidak ada perbedaan yang nyata insidens tifoid pada pria dan wanita. Insiden terringgi didapatkan pada remaja dan dewasa muda. Simanjuntak (1990) mengemukakan bahwa insiden tifoid di Indonesia masih sangat tinggi berkisar 350-810 per 100.000 penduduk. Demikian juga dari telaah kasus tifoid di rumah sakit besar di Indonesia, menunjukkan angka kesakitan cenderung meningkat setiap tahun dengan rata-rata 500/100.000 penduduk. Angka kematian diperkirakan sekitar 0,6-5% sebagai akibat dari keterlambatan mendapat pengobatan serta tingginya biaya pengobatan.

 

 

 

 

7.  Leptospirosis

 

Kasus leptospirosis terutama dilaporkan pada daerah-daerah yang sering terjadi bencana banjir selama tahun 2003-2007, kasus Leptospirosis terbanyak adalah di DKI Jakarta bila dibandingkan dengan provinsi endemis Leptopsirosis yang lain. Namun pada tahun 2008 kasus Leptospirosis terbanyak dilaporkan terjadi di DI Yogyakarta, yaitu sebanyak 125 kasus. Provinsi lain yang melaporkan kasus Leptospirosis pada tahun 2008 adalah Jawa Tengah 72 kasus, DKI Jakarta 37 kasus dan Jawa Timur 29 kasus.

 

 

 

  1. C.    EPIDEMIK

 

Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas /daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa.

Contoh fenomena Epidemik yang terjadi di Indonesia :

  • Kolera

           

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, wabah kolera di Republik Demokratik Kongo telah menulari lebih dari 5.000 orang dan menyebabkan hampir 300 kematian sejak Maret lalu.

 

Berdasarkan informasi, Bandundu, Equateur dan Provinsi Orientale adalah daerah paling parah yang dilanda wabah penyakit itu. Sebanyak “5.000 tanda penularan telah dicapai pekan ini dengan 5.088 kasus kolera dilaporkan, termasuk 296 kematian”, kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan dalam sebuah pernyataan.
Kolera merupakan penyakit infeksi usus yang sangat menular yang dapat membunuh penderitanya jika tidak dirawat dengan lebih baik.

 

Seperti yang dilansir laman infopenyakit.com, kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern.  Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.

 

  1. D.    SPORADIK

 

Sporadik adalah  adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit)  yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu.

Contoh fenomena Sporadik :

  • Polio meilitis

 Selama 3 dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah anak balita,kebanyakan dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett Amerika Serikat pernah terjadi wabah polio sebanyak 2.771 kasus dan tahun 1959 menurun menjadi 139 kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-1982,di Afrika dan Asia Tenggara terdapat 4.214 dan 17.785 kasus. Dinegara musim dingin,sering terjadi epidemic dibulan Mei-Oktober,tetapi kasus sporadic tetap terjadi setiap saat .Di Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio merupakan penyakit yang sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di berbagai daerah seperti Bliton sampai ke banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarang dan Medan Epidemi terakhir terjadi pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus polio tanpa gejala atau timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan asimtomatik dan ringan sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.

Dalam salah satu symposium imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan bahwa:

1.    Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative  makin bertambah (10%)

2.    Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.

3.    Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan 9.000 kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat gencarnya program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.

Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik ,disebabkan oleh komplikasi berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-95%);hanya 5-10% yang memberikan gejala poliomyelitis.

 

 Sumber Referensi:

 

Azwar, asrul.dr.m.ph.1988. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Binarupa Aksara

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Budioro.B.2007.Pengantar Epidemiologi Edisi II. .Semarang : Badan Penerbit Undip.

Chandra, Budiman.2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Depkes RI. 2005. Buku Pencegahan Dan Pemberantasan CHIKUNGUNYA; Subdit Arbovirosis, Dit PPBB, Ditjen PP&PL. Jakarta.

Modul Materi Dasar Epidemiologi FKM UNDIP 2010.

Murti, Bhisma.1997.Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.Gadjah Mada University Press. 

 

PAHO/CDC, 2011. Preparedness and Response for Chikungunya Virus; Introduction in the Americas. PAHO/CDC.

 

SEARO, 2009. Guidelines for Prevention and Control of Chikungunya Fever.

Sutrisna, Bambang.dr.M.H.Sc.1986.Pengantar Metoda Epidemiologi. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

            http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2194406

pengertian-epidemi-endemi-dan-pandemi/#ixzz1p6R1IMC3tanggal 14 maret 2012

pukul 16.00 WIB.

 

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2194406

pengertian-epidemi-endemi-dan-pandemi/ tanggal 14 maret 2012 pukul 16.30 WIB.

 

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2194406-pengertian-epidemi-endemi-dan-pandemi/#ixzz1p6R1IMC3 diakses di Internet tanggal 14 maret 2012 pukul 17.00 WIB.

 

 

 

EPIDEMIOLOGI ADALAH INTI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Epidemiology adalah INTI dari Kesehatan Masyarakat

 

Epidemiologi merupakan inti disiplin ilmu Public Health, tetapi juga relevan untuk ilmu kedokteran klinis (Gordis,2000). Karena perannya sangat sentral bagi kesehatan masyarakat maka epidemiologi disebut sebagai “The mother science of public health (Blakley.1990) atau “The core science of public health” (Gerstman.1998)

Epidemiologi merupakan cabang keilmuan dari Ilmu Kesehatan Masyarakat ( Publik Health ) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode pendekatan banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan.

 

Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu “epi” yang berarti “pada” atau “tentang”, “demos” yang berati “penduduk” dan kata terakhir adalah “logos” yang berarti “ilmu pengetahuan”. Jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.

 

Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya). 

 

Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar epidemiologi, beberapa diantaranya adalah :

  1. Greenwood ( 1934 ) Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk. Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.

 

  1. Brian Mac Mahon ( 1970 ) Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in man. Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab frekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah mulai menentukan Distribusi Penyakit dan mencari Penyebab terjadinya Distribusi dari suatu penyakit.

 

  1. Wade Hampton Frost ( 1972 ) Mendefinisikan Epidemiologi sebagai Suatu pengetahuan tentang fenomena massal ( Mass Phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah ( Natural History ) penyakit menular. Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa.

 

  1. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 ) Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.

 

  1. Gary D. Friedman ( 1974 ) Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.

 

  1. Abdel R. Omran ( 1974 ) Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta akibat – akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

 

  1. Barbara Valanis Epidemiology is term derived from the greek languang ( epid = upon ; demos = people ; logos = science ).

 

  1. Last ( 1988 ) Epidemiology is study of the distribution and determinants of health – related states or events in specified population and the application of this study to control of problems.

 

  1. Elizabeth Barrett Epidemiology is study of the distribution and causes of diseases.

 

10.  WHO (Regional committee Nacting ke 42 di Bandung) : Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.

 

B. Burt Gerstman menyebutkan bahwa inti ilmu Kesehatan Masyarakat adalah Epidemiologi, seperti pada pernyataan dalam bukunya yaitu : “Traditionally, epidemiology has been studied as the core science of public health. As such, it provided the objective basis for disease prevention and health. Pernyataan ini tertuang dalam buku yang berjudul “Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi” yang ditulis oleh Bhisma Murti.

 

Epidemiologi perannya sangat sentral bagi kesehatan masyarakat maka epidemiologi disebut sebagai “The mother science of public health” (Blakley,1990) atau “The core science of public health” (Gersman, 1998).

 

 

 

 

 

Sumber :

 

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 

Gerstman, B. Burt. Epidemiology Kept Simply:An Introduction to Traditional and Modern Epidemiology (3rd Edition). New York: John Wiley & Sons, 1998.

 

Murti, Bhisma.1997.Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.Gadjah Mada University Press. 

 

Modul Materi Dasar Epidemiologi semester 3.2009.

 

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_17960_Epidemiologi.pdf, diakses pada tanggal 13 Maret 2014.

 

http://silvirosita.blogspot.com/2012/09/epidemiologi-mother-science-of-public.html, diakses pada tanggal 13 Maret 2014.

 

http://epidemiologi3.blogspot.com/2012/09/the-core-science-of-public-health.html, diakses pada tanggal 13 Maret 2014.

 

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)

PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)

 

  1. 1.      Frekuensi Masalah Kesehatan

 

  1. Riwayat Penyakit

 

Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.

 

Tuberkulosis telah hadir pada manusia sejak jaman dahulu. Deteksi jelas awal Mycobacterium tuberculosis adalah sisa-sisa bison tanggal 17.000 tahun sebelum sekarang ini. Namun., Apakah berasal TBC pada sapi dan kemudian ditransfer ke manusia, atau menyimpang dari satu nenek moyang, saat ini tidak jelas. Menunjukkan sisa-sisa kerangka manusia prasejarah (4000 SM) telah TB, dan pembusukan TBC telah ditemukan di punggung mumi Mesir 3000-2400 SM penyakit paru-paru adalah istilah Yunani untuk konsumsi;. sekitar 460 SM, Hippocrates diidentifikasi penyakit paru-paru sebagai penyakit yang paling luas kali melibatkan batuk darah dan demam, yang hampir selalu fatal. Studi genetik menunjukkan bahwa TB hadir di The Amerika dari sekitar tahun 100 Masehi.

 

  1. Gejala Penyakit

Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah. Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala penyakit tuberculosis :

  • Gejala utama

Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.

  • Gejala tambahan yang sering dijumpai

–          Dahak bercampur darah/batuk darah

–          Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada

–          Demam/meriang lebih dari sebulan

–          Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas

–          Badan lemah dan lesu

–          Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan

 

 

 

 

  1. 2.      Penyebaran Masalah Kesehatan

 

  1. Penyebaran dan Waktu Tuberkulosis

Tuberkulosis menyebar secara merata diseluruh wilayah Indonesia, tapi penyebaran terbesar terjadi di wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua, Nusa Tenggara, dan Maluku.

 

Masalah kesehatan TBC (Tuberkulosis) di Papua sangat memprihatinkan, sekitar 60 persen pengindap HIV di Provinsi Papua diketahui menderita tuberkulosis, demikian pula sebaliknya 40 persen pasien TB/TBC kemudian terdeteksi terserang virus penyakit mematikan tersebut.

 

Per Februari 2013, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayapura mencatat sekitar 477 kasus TBC (Tuberculosis) yang terjadi.  Dinas Kesehatan mencatat ada sekitar 15 orang yang meninggal akibat penyakit TBC. Dijelaskan dari catatan kesehatan daerah Papua bahwa  sebanyak 477 kasus TBC, diantaranya 417 kasus sudah sembuh, 15 kasus meninggal, dan 45 kasus gagal atau Drop Out.

 

Menurut data dinas kesehatan, tingkat pengendalian penyakit TB baru 55,3 persen dengan angka keberhasilan pengobatan hanya 75,5 persen. Dari 365 puskemas di seluruh Papua, baru 202 yang menjalankan program pengendalian penyakit TB paru,dengan pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung.

 

  1. Penularan Tuberkulosis

 

Infeksi kuman (bakteri) tuberkulosis dari seorang yang menderita TBC terhadap oarang lain ditentukan oleh banyaknya jumlah kuman (bakteri) yang bersarang di dalam paru-paru penderita. Sumber penyebaran penularan TBC di udara bisa berasal dari dahak yang berupa doplet yang keluar disaat penderita batuk atau bersin. Banyaknya kuman (bakteri) pada paru-paru penderita penyakit TBC dapat diperiksa dan dilihat melalui mikroskop yaitu pada pemeriksaan dahaknya.

 

Seperti kata pepatah bahwa “Mencegah lebih baik dari pada mengobati “, pepatah ini juga berlaku dan harus kita garis bawahi dalam upaya pencegahan TBC paru agar kita terhindar dari penularan.

 

 

  1. 3.      Faktor Determinan Yang Mempengaruhi

 

  1. Faktor Penyebab

 

            Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini.

Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular, yaitu lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin & dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan sakit.

 

Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC akan “tertidur”. Namun,pada mereka yang mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih mudah terinfeksi TBC (menjadi ‘TBC aktif’) atau dapat juga mengakibatkan kuman TBC yang “tertidur” di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).

 

Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa gejala apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah cukup parah.

 

  1. Faktor Yang Mempengaruhi

Penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat kita jelaskan seperti uraian dibawah ini:

·         Faktor Sosial Ekonomi.

Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan tempat penghunian, lingkungan perumahan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

·         Status Gizi.

Keadaan kekurangan gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

·         Umur.

Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15 – 50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.

Jenis Kelamin.

Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam jangka waktu setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan.

Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.

 

 

  1. Pencegahan Tuberkulosis

 

  • Tindakan pencegahan TBC paru oleh orang yang belum terinfeksi
    • Selalu berusaha mengurangi kontak dengan penderita TBC paru aktif.
    • Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi nakanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja (kantor), dan menjaga kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga.
    • Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TBC yang lebih berat. Vaksin BCG secara rutin diberikan kepada semua balita.
  • Tindakan pencegahan TBC paru oleh penderita agar tidak menular

Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penederita TBC aktif tindakan yang bisa dilakukan adalah menjaga kuman (bakteri) dari diri sendiri. Hal ini biasanya membutuhkan waktu lama sampai beberapa minggu untuk masa pengobatan dengan obat TBC hingga penyakit TBC sudah tidak bersifat menular lagi. Berikut ini adalah beberapa tips dan cara untuk membantu menjaga pencegahan TBC agar infeksi bakteri tidak menular kepada orang-orang di sekitar anda baik itu teman atau keluarga di rumah.

 

  • Selama beberapa minggu menjalani pengobatan sebaiknya tidak berpergian ke mana pun baik itu sekolah, tidak melakukan aktifitas di tempat kerja (ngantor), dan tidak tidur sekamar dengan orang lain meskipun keluarga sendiri sebagai usaha pencegahan TBC agar tidak menular.
  • Sifat dari kuman (bakteri) TBC adalah memiliki kemampuan menyebar lebih mudah di dalam ruangan yang tertutup di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan untuk sirkulasi udara kurang, bukalah jendela dan nyalakan kipas angin untuk meniupkan udalah dari dalam ke luar ruangan.
  • Selalu menggunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ketika didiagnosis TBC. Hal ini merupakan langkah pencegahan TBC secara efektif dan jangan membuang masker yang sudah tidak dipakai lagi pada tempat yang tepat dan aman dari kemungkinan terjadinya penularan TBC ke lingkungan sekitar.
  • Jangan meludah di sembarangan tempat, meludah hendaknya pada wadah atau tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan atau air sabun.
  • Menghindari udara dingin dan selalu mengusahakan agar pancaran sinar matahari dan udara segar dapat masuk secukupnya ke ruangan tempat tidur. Usahakan selalu menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama di pagi dan di tempat yang tepat.
  • Tidak melakukan kebiasaan sharing penggunaan barang atau alat. Semua barang yang digunakan penderita TBC harus terpisah dan tidak boleh digunakan oleh orang lain bai itu teman bahkan anak, istri dan keluarga. Perlu dingat dan diperhatikan bahwa meraka yang sudah mengalami terkena penyakit infeksi TBC dan menjadi penderita kemudian diobati dan sembuh kemungkinan bisa terserang infeksi kembali jika tidak melalukan pencegahan TBC dan menjaga kesehatan tubuh.
  • Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kadar karbohidrat dan protein tinggi.

 

  • Pengobatan

 

Pengobatan untuk TBC bila sudah diketahui sejak dini sebenarnya tidak terlalu mahal dan mudah untuk disembuhkan karena sudah ada obat yang disediakan pemerintah. Bila diperlukan, penderita TBC dapat juga dikarantina di tempat khusus agar tidak menularkan penyakitnya.Penyakit ini juga sebenarnya merupakan salah satu penyakit yang sudah ditaklukan, tetapi belakangan kembali menyerang. Salah satunya adalah karena penderita tuberkulosis ini tidak menghabiskan obat mereka. Obat harus diminum secara teratur selama 6 sampai 9 bulan untuk menyembuhkan penyakit ini. Tidak menghabiskan obat dapat menyebabkan penderita tidak dapat sembuh dan menyebabkan obat tidak mampu lagi melawan kuman karena kuman menjadi kebal.

 

 

 

Sumber :

 

Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB

 

Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: Depkes RI,

2007.

 

Panitia S.A.K. 2001. Standar Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru. Jakarta: P.K. St.

Carolus.

 

Tuberculosis Coalition for Technical Assistance. International Standards for Tuberculosis

Care (ISTC). 2nd ed. The Hague: Tuberculosis Coalition for Technical Assistance,

2009.

 

Waspadji, Sarwono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.Edisi ke-3 FKUI.

Jakarta. Terjemahan Petrus, A. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.